ETIKA BISNIS USAHA KECIL MENENGAH
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Impian Mewaralabakan Tahu "Sukaati"
Penuh perencanaan. Mungkin itu yang dilakukan Jusup (51) saat merealisasikan usaha tahu sumedang di Bandung. Dengan dukungan sang istri yang merupakan generasi keempat perintis tahu sumedang, dia memproduksi sendiri tahu sumedang bermerek "Sukaati" di rumahnya di Jln. Sukaati, Kota Bandung.
![]() |
SULASTRI (44), pengusaha tahu Sumedang "Sukaati" melayani pembeli di kios tahu miliknya di Jln. Sukaati Raya, Kota Bandung. Senin (2/11). Tahu Sumedang Sukaati merupakan usaha kecil menengah (UKM) yang menerapkan etika bisnis yang baik yakni menyertifikasi kehalalan dan keamanan pangan pada produknya, serta mendaftarkan merek dagangnya.* KRISHNA AHADIYAT/"PR"
"Sudah lama saya diminta membuat tahu oleh mertua. Namun, baru 11 April 2004 memutuskan untuk memproduksi, yang saat itu dimulai dengan kedelai sebanyak 4 kilogram dan hasilnya dibagi-bagikan. Ternyata, mendapatkan sambutan baik dari masyarakat setempat," kata Jusup.
Berbekal modal seadanya serta pengalaman kerja dan berkomunitas, Jusup yang mempelajari karakteristik pembuatan tahu sumedang selama lima belas tahun tersebut, menerapkan metode dan sistem kerja yang profesional, efektif, efisien, dan produktif dengan tetap mempertahankan kekeluargaan dengan karyawan.
Ia mengaku, sejak awal usaha sudah menerapkan proses produksi dan sistem kerja yang berstandar dan sesuai dengan etika bisnis. Tidak salah bila tahu sumedang Sukaati yang memiliki berbagai sertifikasi mulai dari setifikasi halal, keamanan pangan, hingga merek dan dijual seharga Rp 400,00 per potong, laris diburu pembeli setiap harinya.
Dengan kapasitas produksi saat ini yang mencapai satu kuintal per hari, Jusup yang didukung sembilan karyawan, setiap hari memasarkan tahu produksinya di beberapa tempat di KotaBandung seperti di Batununggal, Tegallega, dan daerah Waas.
"Sekarang ada empat cabang tahu sumedang Sukaati yang beroperasi dan ada beberapa yang beli putus. Jumlah cabang kadang naik turun karena terbentur masalah SDM. Hingga sekarang jumlah cabang untuk sementara dibatasi dulu," kata Jusuf yang juga seorang konsultan bisnis.
Namun begitu, ia mengaku siap membantu siapa saja yang hendak membuka usaha serupa termasuk standar sistem produksinya. Menurut dia, saat ini sudah ada beberapa yang berminat berwaralaba, namun sifatnya masih dalam proses penjajakan dan belum bisa direalisasikan.
"Saya memang ingin mewaralabakan usaha tahu sumedang agar bisa dikenal tidak hanya di Sumedang, tetapi juga di seluruh Indonesia atau bahkan hingga luar negeri. Saat ini dalam proses untuk merealisasikannya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa terwujud," ujarnya.
Dengan usahanya tersebut, Jusup berharap ke depannya dapat mengubah image tahu sebagai makanan masyarakat kelas bawah. Masyarakat juga bisa mencontoh bagaimana seharusnya usaha kecil bisa memiliki sertifikasi keamanan dan kehalalan produknya. (Krishna Ahadiyat/"PR")**
Analisis
Dari hasil penelitian terhadap bisnis-bisnis keluarga, sangat sedikit (sekitar 20%) pengusaha pribumi yang dapat bertahan lebih dari 2 generasi. Namun, pabrik tahu Sukaati dapat bertahan sampai generasi ke empat, ini luar biasa. Dari kasus ini saya melihat ada suatu keunggulan yang dimiliki perusahaan keluarga pabrik tahu Sukaati, yaitu inovasi dan kreativitas, juga ditunjang oleh tingkat pendidikan yang memadai dari pemilik dan SDM-nya.
Dalam menjalankan bisnis, kita tidak akan terlepas dari dimensi waktu dan tempat. Keputusan Jusup pada 11 April 2004 merupakan cerminan dari beririsannya dimensi waktu dan tempat dan irisan itu menurut istilah ilmiahnya adalah momentum. Saya menilai sense of business Jusup sudah terasah yang ditunjang profesinya sebagai konsultan bisnis. Dengan demikian, untuk pengambilan keputusan bisnis selain didasarkan pada data, informasi , serta instuisi, menjadi perpaduan tepat dalam pengambilan keputusan bisnis.
Terdapat empat perspektif dalam menjalankan suatu perusahaan, perspektif finansial, pelanggan, internal bisnis proses dan perspektif SDM, budaya organisasi, perubahan manajemen. Hubungan keempat perspektif itu dalam perencanaan strategi perusahaan, yang dibangun dalam sebuah piramida berdasarkan hubungan sebab akibat. Dengan demikian, perspektif keuangan adalah puncak karena setiap perusahaan akan berorientasi pada keuntungan.
Berikutnya, perspektif pelanggan. Dengan perspektif ini, maka akan disusun strategi pemasaran perusahaan. Perspektif internal bisnis proses adalah bagaimana cara dan strategi manajemen menjalankan internal proses. Terakhir perspektif SDM. Budaya organisasi dan perubahan manajemen sebagai supporting terhadap perspektif-perspektif sebelumnya. Saya melihat Jusup secara profesional sudah menyusunan perencanaan strategi berorientasi pada perspektif-perspektif tersebut di atas.
Saran saya, teruslah bermimpi karena bagi seorang pengusaha, mimpi adalah napas. Tanpa mimpi, tidak akan muncul ide-ide kreatif. (Heri Nugraha, Kepala Balai Konsultasi dan Pendampingan Kredit UMKM Ikopin)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar